Joni, Lorenzo, dan Simone mengisahkan ceritanya kepada Tirto, bersama lima anak panti lain, dalam wawancara terpisah pada 12 dan 22 Agustus 2020. Nama-nama kedelapan anak ini adalah nama samaran dalam laporan ini.
Angelo membuka panti pada Desember 2015, setahun berikutnya mengontrak dua rumah di Perumahan Mutiara, dan satu rumah lagi di Jl Belimbing untuk anak-anak usia remaja-dewasa. Sampai tahun lalu, ia telah menampung 70-an anak asuh.
Cerita anak-anak ini, Angelo tak cuma mencabuli anak asuhan “yang disukainya” tapi juga melakukan kekerasan terhadap anak “yang tak disukainya”. Ada juga yang tidak secara sadar ketika Angelo melakukan itu. Anak-anak ini meyakini Angelo membius korban. Mereka menyebut Angelo sebagai ‘kelelawar malam’—karena Angelo selalu memakai jubah dan penutup wajah serba hitam saat mencabuli anak-anak.
Baca selengkapnya di artikel “Kisah Anak Panti Asuhan Korban Pencabulan ‘Bruder Angelo'” | Tirto.id, 31 Agustus 2020. Artikel lengkap versi screenshot bisa diakses di SINI.
Leave a Reply