Nyanyi Sunyi “Mantan” Biarawati Korban Aksi Kekerasan Seksual

Tulisan ini berisi kesaksian seorang “mantan” biarawati yang menjadi korban aksi kekerasan seksual yang diduga dilakukan oleh seorang pastor. Ini tak menyenangkan bagi Gereja.

Namun, luka pada tubuh Gereja akan sangat sulit diobati jika kasus seperti ini terus berulang. Katolikana yang berkolaborasi dengan The Jakarta Post mempersembahkan liputan khusus ini dalam lima tulisan bersambung. 

Perempuan berusia 41 tahun ini diberi nama samaran Afra. Ia mengalami tekanan mental dan trauma teramat berat. Seorang pastor yang dalam sebuah kesaksian dikatakan harus bertanggungjawab atas aksi seksualnya pergi meninggalkan Afra pada awal Juni 2020. Afra sering menyendiri, tak henti menangis, juga tak mau makan.

Bahkan beberapa kali ia pergi dari rumah dalam keadaan bingung, hanya berjalan kaki tanpa mengenakan sepatu atau sandal, juga tanpa tahu tujuannya. Suatu kali keluarganya menemukannya sedang duduk di pinggir jalan. Kali lain ia didapati sedang  berada  di sebuah pertokoan lalu di Bandara Tambolaka, Sumba Barat Daya,  Nusa Tenggara Timur (NTT).

Afra kini adalah penyintas. Ia korban aksi kekerasan seksual ganda-berganda. Selepas menjadi korban aksi kekerasan seksual yang diduga dilakukan oleh seorang pastor diosesan di sebuah pastoran paroki yang berada di bawah Keuskupan Weetebula, Sumba, NTT, ia justru mendapat tekanan berat: dari keluarga dan dari warga di lingkungan gereja setempat.

Selengkapnya bisa dibaca di artikel sumber Laporan Khusus: Nyanyi Sunyi “Mantan” Biarawati Korban Aksi Kekerasan Seksual di Jantung GerejaKatolikana.com 22 April 2021

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*